Ellenbogen dan timnya mengumpulkan selusin orang yang mengaku bisa tidur dalam lingkungan berisik. Kedua belas orang itu menginap selama 3 malam di laboratorium milik Harvard Medical School.
Malam pertama, mereka tidur dalam lingkungan yang sunyi. Dua malam berikutnya, ruangan dibuat berisik dengan berbagai suara (termasuk suara jet dan toilet) ketika semua orang sudah tertidur.
Berdasarkan pembacaan gelombang di otak, para peneliti mendapati kalau otak punya bagian khusus bernama "spindle", gelombang otak yang cepat, yang mengeblok suara sehingga orang bisa tetap tertidur.
Lalu mengapa tetap banyak orang terbangun dengan suara-suara? Para peneliti juga mendapat kalau jumlah spindle pada setiap orang berbeda.
"Hasil bacaan gelombang otak, semakin banyak orang memiliki spindle, semakin kebal orang terhadap suara," kata Ellenbogen. "Masih misteri mengapa setiap orang bisa memiliki jumlah spindle yang berbeda," aku Ellenbogen.
Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk menciptakan sistem pengobatan bagi orang-orang yang memiliki kesulitan tidur. Terbangun pada malam hari berkali-kali karena berbagai macam suara sudah jadi masalah yang umum, demikian penelitian ini menyimpulkan.
"Kita bisa menambah proses pembuatan spindle dan menggunakannya sebagai upaya untuk mencegah gangguan saat tidur," jelas Ellenbogen.
Untuk sementara ini, kata Ellenbogen, hasil penelitian jumlah spindle ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat toleransi seseorang terhadap kebisingan.
Sumber :
nationalgeographic.co.id