Ukhti… semoga Allah Ta`ala selalu menjagamu dalam ketaatan.
Aku tidak tahu harus berbuat apa yang terbaik ketika aku sadar dengan apa yang terjadi pada sahabatku ukhti Muslimah, aku sadari juga aku bukanlah orang yang tepat untuk berbicara masalah ini, tapi sebagai sahabatmu, inilah risalah untukmu ukhti Muslimah…
Terpikir olehku bagaimana bahagianya orang tua dan keluarga ketika ia melihat hadirnya seorang cucu dari anaknya sendiri, dan semua itu tak akan terjadi tanpa adanya sebuah ikatan suci yang mendahuluinya, yaitu sebuah pernikahan. Sebuah kata yang sakral, yang barangkali tak pernah terpikir sebelumnya bagaimana peliknya, atau bahkan belumlah terpikir bagaimana bahagianya, hidup bersama dengan orang yang begitu kita cintai, teman dan bukan hanya sekedar teman, bahkan ia adalah teman tanpa batas, seorang teman dari lawan jenis yang halal bagi kita.
Mungkin itu hanyalah sebuah pendahuluan yang tak berarti, Karena boleh saja untuk engkau lewati, tapi pasti tadi telah terbaca (-jangan bilang tidak), he he he…
Beralih ke pembicaraan kita …
Rasulullah telah bersabda dalam salah satu haditsnya bahwa seorang wanita itu dipilih karena empat perkara; namun, yang paling diutamakan adalah agamanya, kenapa? Karena dengan menikahi wanita yang beragama niscaya insya Allah hidupnya akan selamat baik itu di dunianya maupun di akhiratnya, begitu juga dengan wanita tak jauh beda haruslah ia juga memilih seorang laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya itu seorang yang beragama, karena ia adalah akan menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga. Dan yang akan bertanggung jawab di akhirat kelak tentang bagaimana kepemimpinannya di keluarganya (-karena yang kita bicarakan di sini adalah tentang itu).
Sekarang aku bertanya: sudah siapkah engkau dengan semua itu?
Ketika ada seorang yang datang kepadamu, apa yang engkau pikirkan? Apa yang engkau inginkan darinya? Kriteria yang bagaimanakah yang engkau dambakan? Apakah semua itu sudah ada padanya?
Kalau engkau pandang bagaimana agamanya, maka itulah yang ahsan, sebaik-baik pilihan. Karena dialah yang akan mendampingimu di dunia maupun di akhirat, insya Allah. Kalau yang engkau inginkan adalah seorang yang bisa menjagamu, menjaga agamamu, manjaga harga dirimu, maka itu juga bukan merupakan pilihan yang salah. Ataukah engkau inginkan seorang yang bisa menafkahimu baik lahir ataukah batin, bisa membahagiakanmu, maka demikianlah yang didambakan oleh setiap wanita. Ok! Kemudian apakah semua itu telah ada padanya?
Hanya dirimu yang bisa menjawabnya. Pikirkanlah.
Menikah… takut? Ragu? Ataukah perasaan apalagi?
Takut dengan orang tua yang nggak mengijinkanmu menikah saat ini?
Ragu apakah akan bisa mendapatkan pekerjaan setelah status menikah?
Ukhti… semoga Allah Ta`ala selalu menolongmu.
Barangkali suatu hal yang wajar ketika halangan untuk menikah adalah dari orang tua kita sendiri, barangkali mereka takut putrinya tidak bisa bekerja untuk membantu suamiya, terkadang yang banyak terjadi adalah perkataan sebagian orang: “Masak sih kami sebagai orang tuamu yang sudah menyekolahkanmu sampai setinggi ini akhirnya hanya menikah tanpa mencari kerja dulu…” Dan mungkin banyak perkataan serupa yang bisa saja keluar dari keluarga kita. Dan… semua itu akan kembali pada sejauh mana kita bisa mendekati mereka, mengajak bicara mereka, menasihati mereka kepada kebaikan dan ketaqwaan.
Ukhti… semoga Allah Ta`ala senantiasa menolongmu.
Berapa kali harus aku katakan, hendaklah kita bersabar dalam mendakwahi mereka…
Sungguh mereka itu adalah belum mengerti dan semoga Allah memberikan kepada kita petunjuk dan hidayah kepada mereka dan kepada kita. Wahai ukhti, berilah mereka pengertian dengan cara yang baik dan nasihat yang menyembuhkan dengan senantiasa berdoa memohon kepada Allah agar diberi kemudahan.
Kalau saja mereka para orang tua dapat berpikiran seperti apa yang kita pikirkan, barangkali pernikahan itu bukanlah sebuah permasalahan, hanya saja, terkadang masing-masing orang mempunyai keunikan sendiri-sendiri, ada yang orang tuanya sudah mengijinkan, justru anaknya belum siap, alasannya macam-macam, ada yang bilang merasa belum mampu untuk menjalaninya (-terus kapan?), ada yang bilang juga gak siap, ada yang bilang… banyak deh! (-tahu kan maksudku?)
Nah, masalah datang ketika kita semakin menunda-nunda pernikahan itu, apalagi bagi seorang wanita, pernah terpikir gak? Bagaimana ketika usia itu semakin bertambah, kita sudah tersibukkan oleh pekerjaan duniawi, sampai-sampai lupa memikirkan tentang menikah, bahkan gak terpikir lagi untuk menikah… aku yakin engkau bukan termasuk tipe ini. Hanya saja, sudahkah niatmu bulat untuk menikah? sudahkah engkau menargetkan di usia berapa akan menikah? Kembali lagi ke pertanyaan di atas, kriteria yang bagaimanakan yang engkau dambakan? Jangan sampai semua itu berlalu sia-sia hanya karena kesibukan dunia semata.
Kemudian untuk artikel pernikahan, atau menuju ke sana, aku gak bisa merujuknya secara tepat; nah, mungkin aku sarankan untuk membaca majalah-majalah seperti Majalah Nikah, Majalah Asy Syariah dalam halaman Sakinah, atau majalah lain yang Islami tentunya banyak engkau jumpai di toko buku atau internet…
Barangkali itu dulu aja yang bisa aku tuliskan, semoga ada manfaatnya bagi kita. Kalau ada benarnya itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapun jika terdapat banyak salah dan keliru itu datangnya adalah dari kebodohanku dan dangkalnya keilmuanku. Jadi, luangkan waktumu sekedar untuk mengkritisi kata-kataku atau sekedar jawaban dari pernyataan-pernyataanku di atas. Wallahu a’lam.
Jazakillahu khairan atas semuanya semoga Allah memberikan barakahNya kepadamu.
Assalamua`alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
By: heane.