Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Sahabat, marilah kita selalu menyempatkan sebagian malam,untuk sedikit merenung...
Bismillahrirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Sahabat, marilah kita selalu menyempatkan sebagian malam, barang sejenak untuk mendekatklan diri (taqarrub) kepada Zat yang telah menciptakan kita. Untuk menghisab diri, apakah ibadah sholat yang kita lakukan sudah ikhlas dan pantas diharapkan pahalanya. Walaupun kita sehari semalam telah menghadap bersimpuh sujud sebanyak 5 kali, maka seberapa ikhlaskah shalat kita lakukan? Kadang kita pun terburu-buru dalam melakukan shalat, astaghfirullah, hingga kita pun tidak mampu meresapi nilai-nilai shalat. Kadang kita melakukan shalat hanya sebatas rutinitas belaka tanpa menyadari bahwa kita sedang menghadap kepada Sang Pencipta, astaghfirullah.
Sahabat, marilah kita ambil hikmah sebuah hikayat seorang salafusshalih (orang shalih zaman dulu) berikut:
Seorang ahli ibadah bernama Isam Bin Yusuf, sangat wara’ (hati-hati) dan khusyuk sholatnya. Namun, dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasainya kurang khusyuk. Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Assam dan bertanya, "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?".
Hatim berkata, "Apabila masuk waktu solat, aku berwudhu zahir (lahir/nyata) dan batin."
Isam bertanya, "Bagaimana wudhu zahir dan batin itu?"
Hatim berkata, "Wudhu zahir sebagaimana biasa yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air". Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
1. Bertaubat
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan
3. Tidak tergila-gilakan dunia
4. Tidak mencari/mengharap pujian orang (riya')
5. Tinggalkan sifat berbangga
6. Tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. Meninggalkan sifat dengki."
Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku rasakan aku sedang berhadapan dengan Allah, Syurga di sebelah kananku, Neraka di sebelah kiriku, Malaikat Maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Siratal mustaqim' dan menganggap bahwa solatku kali ini adalah solat terakhir bagiku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik."
"Setiap bacaan dan doa dalam solat, ku faham maknanya, kemudian aku rukuk dan sujud dengan tawadhu, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun."
Apabila Isam mendengar, menangislah dia karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibanding-kan dengan Hatim.
Subhanallah, betapa nikmatnya sholat kita jika bisa khusyu’. Marilah selalu memperbaharui kualitas sholat kita; sholat hari kemarin adalah masa lalu yang kita harus bertaubat supaya tertutup kekurangan yang ada, sholat kita hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan sholat hari esok adalah suatu amalan yang kita tidak tahu apakah masih bisa melaksanakannya atau tidak.
Ya Allah…..
Engkaulah yang menciptakan kami….
Engkaulah yang telah memelihara kami di alam rahim ibu….
Engkaulah yang meniupkan ruh ke dalam jasad kami….
Engkaulah yang memberikan kami nafas kehidupan….
Engkaulah yang memberi kami rezeki….
Dan kepada Engkaulah kami akan dikembalikan….
Ampunilah kami….
Yang sering melupakan wujud-Mu….
Ya Allah…..
Kami telah mendholimi diri kami sendiri,
Dan jika Engkau tidak mengampuni kami,
Maka kami termasuk orang-orang yang merugi….
Ya Allah….
Janganlah Engkau jadikan kami penentang-Mu yang nyata...
Janganlah Engkau sesatkan kami setelah Engkau beri kami petunjuk….
Naungilah kami dalam hidayah dan kasih sayang-Mu….
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Memberi…
Amin…