Nasehat Ali bin Abi Thalib yang bisa diterapkan dalam kehidupan saat ini adalah tentang kesederhanaan. Hal ini merupakan salah satu nasehat yang diberikan bukan sekedar melalui kata-kata, namun lebih pada sebuah sikap hidup. Khususnya ketika kesempatan untuk hidup bermewah-mewah itu sudah ada di depan mata kita.
Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh sahabat kesayangan Nabi Muhammad SAW ini. Selain melalui berbagai tutur kata yang disampaikan dengan indah dan halus, nasehat Ali bin Abi Thalib juga bisa kita peroleh melalui tingkah laku dan perbuatannya.
Nasehat Ali bin Abi Thalib yang diwujudkan melalui perbuatan, adalah sebuah cermin dari jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Sehingga tak salah jika kemudian Ali terpilih sebagai khalifah menggantikan Khaliffah Utsman bi Affan. Sebab menurut Ali, keteladanan seorang pemimpin hanya bisa dilakukan ketika ada keselarasan antara kata-kata dan perbuatan.
Hal inilah barangkali yang seharusnya diteladani oleh para pemimpin di era modern seperti sekarang ini. Hal ini selain sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang pemimpin, juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan. Karena pada dasarnya, jabatan sebagai seorang pemimpin bukanlah hadiah namun sebuah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan seksama.
Nasehat Ali Bin Abi Thalib
Secara umum, ada dua nasehat Ali bin Abi Thalib bagi manusia dalam menjalani kehidupan ini. nasehat yang pertama adalah terkait pilihan hidup. Bahwa manusia harus memiliki keyakinan pada apa yang menjadi pilihannya. Dan atas pilihan tersebut, seorang manusia harus berani mengambil resiko dan berbuat yang terbaik demi membela keyakinannya selama keyakinan tersebut benar.
Hal ini ditunjukkan Ali bin Abi Thalib, yang selama hidupnya didedikasikan demi kejayaan Islam. Semua pihak yang berusaha menghentikan perjalanan dakwah Nabi Muhammad, pasti akan berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan pedang Zulfikarnya.
Nasehat lainnya adalah bahwa sebagai seorang pemimpin, jangan pernah memanfaatkan posisinya untuk keuntungan pribadinya. Meskipun kesempatan untuk berbuat curang ada di depan mata, Ali bin Abi Thalib lebih memilih untuk takut kepada Allah dengan tidak berbuat yang dilarangNya. Seperti korupsi misalnya.
Hal ini dicontohkan dengan kebiasaan Ali untuk tidak malu bersantap hanya dengan roti keras yang berlauk cuka dan minyak. Inilah sebuah keteladanan yang kiranya perlu dicontoh, khususnya oleh para pemimpin dan pejabat yang saat ini memiliki kekuasaan.